laporan lengkap praktikum TIMUN
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mentimun
(Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang
bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk
pilin atau spiral. Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah buahnya.
Biasanya buah mentimun dimakan mentah sebagai lalap dalam hidangan makanan dan
juga di sajikan dalam bentuk buah segar.
Mentimun
merupakan tumbuhan yang biasa dimakan oleh masyarakat secara mentah
(lalap).Mentimun alias timun dapat pula dimakan sebagai teman nasi. Buah mentimun
ternyata banyak kandungan gizi yang mengandung vitamin A, vitamin B, dan
vitamin C.
Tanaman mentimun dapat diusahakan di dataran rendah
sampai dataran tinggi. Namun di Indonesia kebanyakan di tanam di dataran
rendah. Berbagai jenis lahan sawah, tegalan, dan lahan gambut dapat ditanami
tanaman ini. Selain itu, mentimun juga dapat ditanam sebagai tanaman sela
diantara tanaman palawija atau sayuran lainnya. Jenis sayuran ini juga
dapat ditanam dengan pola tumpang sari ataupun tumpang gilir. Pada dasarnya
tanaman mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis tanah.
Tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah yang bertekstur berat
dan juga pada tanah organik seperti gambut dapat diusahakan sebagai tempat
budidaya mentimun. Pengembangan budidaya mentimun mempunyi penting dan
sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan taraf hidup petani, penyediaan
bahan pangan bergizi, serta perluasan kesempatan kerja dapat diandalkan sebagai
satu komoditas ekspor non migas dari sector pertanian.
Produksi
mentimun di Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8 ton/ha,
padahal produksi mentimun hibrida bisa mencapai 20 ton/ha. Budidaya tanaman
mentimun dalam skala produksi yang tinggi dan intensif belum banyak dilakukan,
pada umumnya tanaman mentimun ditanam sebagai tanaman selingan (Warintek,
2006).
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana
pengaruh mulsa alang-alang pada lahan budidaya terhadap peningkatan produksi
tanaman mentimun ?
C.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh mulsa alang-alang pada peningkatan
produksi tanaman mentimun.
D.
Kegunaan Praktikum
Dapat
mengetahui pengaruh penggunaan mulsa alang-alang dalam meningkatkan produksi
tanaman mentimun.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Botani Tanaman Mentimun
Mentimun dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Cucurbitales
Family
: Cucurbitaceae
Genus
: Cucumis (Sharma, 2002)
Tanaman mentimun berakar tunggang, akar tunggangnya akan tumbbuh lurus kedalam
tanah sampai kedalaman 20 cm. Perakaran tanaman mentimun dapat tumbuh dan
berkembang pada tanah yang berstruktur remah (Cahyono, 2003).
Mentimun merupakan tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau
memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin spiral. Batangnya
basah serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50-250 cm,
bercabang dan bersulur yang tumbuh pada sisi tangkai daun (Rukmana, 1994).
Daun tanaman mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda dan
bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan bercabnng-cabang,
kedudukan daun tegap. Mentimun berdaun tunggal, bentuk, ukuran dan kedalaman
lekuk daun mentimun sangat bervariasi (Cahyono, 2003).
Bunga mentimun merupakan bunga sempurna, berbentuk terompet dan berukuran 2-3
cm, terdiri dari tangkai bunga dan benangsari. Kelopak bunga berjumlah 5 buah,
berwarna hijau dan berbentuk ramping terletak dibagian bawah tangkai bunga.
Mahkota bunga terdiri dari 5-6 buah, berwarna kuning terang dan berbentuk bulat
(Cahyono, 2003).
Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, dan hijau
keputihan sampai putih tergantung kultivar, sementara buah mentimun tua
berwarna coklat, coklat tua bersisik, kuning tua. Diameter buah mentimun antara
12-25 cm (Sumpena 2001).
Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji
mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji
tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk
perbanyakan dan pembiakan (Cahyono, 2003).
B.
Syarat Tumbuh
1. Iklim
Tanaman
mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap lingkungan tumbuhnya. Di
Indonesia mentimun dapat di tanam di dataran rendah dan dataran tinggi yaitu
sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut (Sumpena 2001).
Tanaman
mentimun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara berkisar antara 20-320
C, dengan suhu optimal 270 C. Di daerah tropik seperti di
Indinesia keadaan suhu udara ditentukan oleh ketinggian suatu tempat dari
permukaan laut. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman
mentimun, karena penyerapan uunsur hara akan berlangsung optimal jika
pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari (Cahyono, 2003).
Kelembaban relatif udara
(rh) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun untuk pertumbuhannya antara 50-85%,
sedangkan curah hujan optimal yang diinginkan 200-400 mm/bulan. Curah hujan
yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun, terlebih
pada saat mulai berbunga karena curah hujan yang tinggi akan banyak
menggugurkan bunga (Sumpena 2001).
2. Tanah
Pada umumnya hamper semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian
cocok untuk ditanami mentimun. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan
kualitas yang baik, tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur dan gembur,
kaya akan bahan organik, tidak tegenang, pH-nya 5-6. Namun masih toleran
terhadap pH 5,5 batasan minimal dan pH 7,5 batasan maksimal. Pada pH tanah
kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan penyerapan hara oleh akar tanaman
sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu basa
tanaman akan terserang penyakit klorosis (Rukmana, 1994).
C. Mulsa
Mulsa adalah
material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban
tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman
tersebut tumbuh dengan baik (Anonium, 2014).
Mulsa adalah suatu bahan penutup tanah
yang digunakan pada budidaya suatu tanaman. Jenis mulsa yang sering digunakan
oleh petani, yaitu jerami, serasah tumbuhan, dan mulsa plastik perak hitam
(MPPH). Penggunaan mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi
penguapan, mencegah erosi tanah; mempertahankan struktur, suhu, dan kelembapan
tanah; menghemat tenaga kerja penyiangan; merangsang pertumbuhan akar; dan
mengurangi kerusakan akar akibat penyiangan dengan alat kored. Selain itu,
penggunaan mulsa, terutama mulsa perak hitam, dapat menekan insiden virus trip
maupun hama lainnya karena plastik perak dapat memantulkan cahaya.
D.
Pupuk
Organik
Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan pembenah tanah yang paling baik
dibandingkan pembenah tanah yang lainnya. Kandungan unsur hara yang dikandung
pupuk kandang umumya rendah dan sangat bervariasi, misalnya unsure N, P dan K
tetapi juga mengandung unsure esensial lainnya (Sutanto, 2002).
Pupuk organik merupakan hasil
penguraian bahan organik oleh jasad renik atau mikroorganisme yang berupa
zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik seperti namanya
pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau alami. Bahan-bahan yang
termasuk pupuk organik antara lain adalah pupuk kandang, kompos, kascing,
gambut, rumput laut dan guano. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat
dikelompokkan menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Beberapa
orang juga mengkelompokkan pupuk-pupuk yang ditambang seperti dolomit, fosfat
alam, kiserit, dan juga abu (yang kaya K) ke dalam golongan pupuk organik.
Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik misalnya adalah tepung darah,
tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair antara lain adalah compost
tea, ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi limbah cair peternakan,
fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain.
Pemberian pupuk kandang sapi
memberikan rata-rata kadar C-organik tanah yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan jenis pupuk organik yang lainnya. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang sapi merupakan pupuk dingin yang artinya perombakan
oleh mikroorganisme tanah terjadi secara perlahan-lahan, kurang
terbentuk panas sehingga hara yang terlepaskan secara
berangsur-angsur. Selain itu, pupuk kandang sapi kadar C-organik awalnya
lebih tinggi dari yang lain, banyak mengandungair, lendir dan bila kena udara
menjadi padat/kerak sehingga udara dan air selanjutnyasukar masuk ke dalamnya, sehingga
dengan demikian karena sulit termineralisasimenyebabkan kadar C-organik tanah
lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis pupuk organik yang
lainnya.Kadar N-total tanah setelah panen terendah terlihat pada perlakuan
tanpa pupuk organic yaitu 0,21 %, dan tertinggi pada
perlakuan yaitu 0,41 %, berbeda nyata bila dibandingkan dengan jenis pupuk
organik yang lain Sedangkan pada perlakuandosis urea kadar N-total tanah
terrendah terlihat pada perlakuan tanpa pupuk urea (n0)yaitu 0,24 %, dan
tertinggi terlihat pada perlakuan n3 yaitu 0,40
%, berbeda nyata bila dibandingkan dengan dosis pupuk urea lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat
meningkatkan kadar N-total di dalam tanah.
E.
Pupuk Anorganik
Pupuk
anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika, kimia, atau biologis.
pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik. Bahan bahan dalam pembuatan
pupuk anorgank berbeda beda, tergantung kandungan yang diinginkan. Misalnya
unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsure hara nitrogen terbuat dari
urea. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat hidroskopis. Hidroskopis adalah
kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi higroskopis semakin
cepat pupuk mencair.
Ada beberapa
keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat terukur dengan
tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang
tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) Pupuk anorganik
mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk
organik. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya
mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak
mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).
III.
KERANGKA
PIKIR
Tanaman
Mentimun
|
Pupuk
Organik (kandang)
|
Kendala
Budidaya Mentimun
|
Budidaya
Mentimun
|
Mulsa
Alang-Alang
|
Pupuk
Anorganik (N, P dan K)
|
Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Baik
|
IV.
METODE
PRAKTIKUM
A.
Tempat
dan Waktu
Praktikum ini di
laksanakan di Kebun Percobaan Lahan Kering Fakultas Pertanian Universitas Halu
Oleo pada bulan Oktober-Desember 2014.
B.
Alat
dan Bahan
Alat yang di gunakan
dalam praktikum ini adalah traktor, cangkul, pacul parang, alat tulis menulis,
kamera, sabit, kayu lanjaran, gembor, patok dan tugal.
Adapun bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah benih mentimun,pupuk kandang,mulsa, air
dan tali rafia.
C.
Prosedur
Kerja
1. Penyiapan Lahan dan Pengolahan Tanah
Lahan
tempat praktikum terlebih dahulu dibarsihkan dari tumbuhan penggangu (gulma)
dan sisa-sisa tanaman. Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan
membalikkan top soil tanah sedalam 25 cm untuk mendapatkan tanah yang gembur.
Selanjutnya dilakukan pemberian pupuk kandang untuk memperbaiki struktur dan
tekstur tanah serta mengaktifkan mikroorganisme tanah.
Tanah diolah dengan dibajak atau dicangkul untuk membuat guludan dengan tinggi antara 40-50 cm, lebar 60 cm, jarak antar guludan 40 cm. Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu. Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan.
Tanah diolah dengan dibajak atau dicangkul untuk membuat guludan dengan tinggi antara 40-50 cm, lebar 60 cm, jarak antar guludan 40 cm. Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu. Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan.
2. Penanaman
Proses
penanaman tidak dilakukan dengan
persemaian akan tetapi bibit ditanam langsung atau tabela pada lubang tanam
yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm.
3. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan setiap hari
disesuaikan dengan kondisi di lahan.
b. Penyulaman
Selama
2 (dua) minggu setelah ditanam, mentimun harus
diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara
abnormal.Bibit yang mati harus segera disulam.Cara menyulam adalah dengan
mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru.Penyulaman
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak
terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.Biji mentimun untuk penyulaman
sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
c. Penyiangan
Penyiangan
dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi agar gulma yang tumbuh tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan secara manual yaitu dengan
mencabut gulma yang berada disekitar areal pertanaman dan disesuaikan dengan
kondisi lahan .
d. Penjarangan
Proses pencabutan tanaman yang populasinya terlalu
banyak dalam satu lubang
e. Pengendalian
Hama dan Penyakit
Beberapa penyakit dan hama yang
menyerang mentimu diantaranya dikenal dengan istilah cacantal atau oteng-oteng.
Hama ini menyerang daun dan bisa menyebabkan kematian pada tanaman. Selain itu,
hama yang kerap menyerang mentimun adalah ulat tanah. Hama ini biasanya
menyerang batang yang menjadi pangkal keluarnya daun atau buah. Kedua hama ini
bisa dikendalikan dengan menggunakan biopestisida yang terbuat dari ekstrak
kipait dan gadung yang dicampur dengan air kencing kelinci.
Penyakit yang menyerang budidaya
mentimun adalah busuk daun, tepung putih, antraknosa, bercak daun dan busuk
buah. Penyakit ini bisa dikendalikan secara kultur teknis berupa rotasi tanaman
dan pembuangan bagian tanaman yang terkena penyakit.
D.
Variable
Pengamatan
Pada setiap unit penelitian dilakukan pengamatan terhadap komponen
pertumbuhan dan produksi, setiap unit penelitian diamati 4 pohon, sebagai sampel pertumbuhan dan produksi yang
diamati dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.
Tinggi tanaman diukur pada umur 14, 21 dan 28 hari setelah tanam. Diukur mulai
dari pangkal batang hingga pucuk tanaman tertinggi
2.
Jumlah daun diukur pada umur 7, 14, dan 21 hari setelah tanam.
3.
Luas daun pada umur 7, 14, dan 21 hari setelah tanam,
dengan menggunakan rumus Panjang daun x Lebar daun x Konstanta mentimun.
4.
Jumlah produksi
petak-1
V.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Table 1. Varieabel Pertumbuhan
Tanaman Mentimun Umur 14 Hari
Perlakuan
|
Tinggi
Tanaman
E
|
Jumlah
Daun
|
Luas
Daun
|
Mo
|
6
cm
|
1
|
8.5
cm
|
M1
|
6.33
cm
|
1.33
|
9.66
cm
|
M2
|
9.66
cm
|
2
|
13.53
cm
|
Tabel
2. Varaiabel Pertumbuhan Tanaman Mentimun Umur 21 Hari
Perlakuan
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Luas
Daun
|
M0
|
14
cm
|
3
|
61.78
cm
|
M1
|
19
cm
|
4.33
|
40.48
cm
|
M2
|
26
cm
|
5.66
|
61.78
cm
|
Tabel
3. Variabel Pertumbuhan Tanaman Mentimun Umur 28 Hari
Perlakuan
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Luas
Daun
|
M0
|
53.66
cm
|
9.33
|
67.38
cm
|
M1
|
65.66
cm
|
10.33
|
82.4
cm
|
M2
|
85
cm
|
13
|
147.6
cm
|
Tabel 4. Variable
Produksi Tanaman Mentimun Umur
Perlakuan
|
Tanaman
|
||
1
|
2
|
3
|
|
M0
|
3
|
3
|
2
|
M1
|
3
|
3
|
3
|
M2
|
3
|
4
|
4
|
B.
Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil pengamatan
dimana pengamatan dilakukan dengen memberikan beberapa perlakukan tiap
bedengan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman mentimun
antara lain kekeringan yang tinggi, pertumbuhan vegetatif yang lebih dominan ,
kurangnya pemeliharaan, pengaruh pemupukan, penggunaan mulsa, cuaca dan iklim,
hama, gulma dan penyakit pada tanaman sehingga bias menjadikan tanaman menjadi
kerdil dan tidak berbuah.
Pada percobaan diatas dilakukan dengan
cara memberikan perlakuan yang berbeda-beda. Perlakuan pertama yaitu tidak
menggunakan mulsa dan menggunakan pupuk kandang dengan bibit unggul yang sama.
Perlakuan kedua menggunakan mulsa alang-alang dengan perlakuan satu lapis
mulsa. Dan perlakuan ketiga menggunakan mulsa dengan perlakuan 2 lapis mulsa
dan juga menggunakan pupuk kandang yang sama. Pengukuran dilakukan setelah
bibit yang ditanam sudah memunculkan daun dan umur 14 hari, 21 hari dan 28
hari. Pada saat pegukuran terjadi perpebedaan-perbedaan pertumban karena
perlakukan yang berbeda pula.
Pengukuran pertama yang dilakukan pada
hari ke 14 menunjukkan hasil bahwa perkembangan tinggi tanaman, jumlah daun,
dan laus daun tanaman yang berbeda-beda dimana tanaman yang diberi perlakuan
dengan menggunakan mulsa 2 lapis labih cepat pertumbuhannya ketimbang dengan
yang tidak menggunkan mulsa dan menggunakan mulsa 1 lapis. Ini dipengaruhi oleh
tingkat intensitas matahari yang tinggi menyebabkan tanaman sulit untuk
mendpatkan air dan menyebabkan tanah cepat kering. Pada tanaman mentimun yang
kami beri perkuan yang berbeda-beda dilakukan penyiraman secara teratur.
Sedangkan pda perlakuan menggunakan satu lapis mulsa lebih besar dari pada
tanaman yang tidak diberikan perlakuan. Dan kondisi tanah yang tidak diberi perlakua
jauh lebih buruk ketimbang yang diberi perlakuan mengunakan mulsa. Selain dari
pada penyinaran matahari yang intensif ada beberapa hal yang juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman yaitu penyiraman. Penyiraman yang intensif
dilakukan pagi sore secara teratur pada musim kemarau atau tidak ada hujan.
Akan tetapi pada saat turun hujan penyiraman dihentikan karena tanaman sudah
bias tercukupi pegairannya
Pada pegukuran ke 2 minggu ketiga atau
hari ke 21 menunjukkan hasil yang sama dimana tanaman yang memiliki pertumbuhan
yang cukup bagus yaitu tanaman yang menggunakan 1 mulsa denga rata-rata tinggi
pertumbuhan yaitu 26 cm dan jumlah daun rata-rata 5.66dengan luas daun 61.78 cm ,
ini menunjukkan bahwa penggunaan mulsa sangat berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman. Pada usia 21 setelah sudah bisa dilakukan pemupukan kedua yaitu
biasanya menggunakan pupuk urea, NPK dan SP 36 yang sesuia kataran dan
kebutuhan tiap tanaman.
Pengggunaan mulsa sangat berpengaruh
untuk pertumbuhan tanaman. Pada pengukuran terakhir dimana dilakukan minggu ke
4. Tanaman mentimun mulai menunjukkan adanya perkembangan yang cukup baik.
Karena pertumbuhan tanaman yang subur ditunjukkan dengan daun yang lebat. Dan
belum menunjukkan cirri-ciri pembuahan ini dikarenakan tidak lakukan
pemangkasan daun. Pemangkasan dilakukan agar air atau unsure hara yang manjadi
kebutuhan buah akan tetapi diambil oleh daun. Pada pengukuran minggu terakhir
menunjukkan hasil pengukuran yang sama yang mana tanaman dengan menggunakan dua
mulsa yang lebih tinggi.
Rendahnya
produksi dari tanaman mentimun dikarenakan cahaya matahari yang tinggi sehingga
bunga yang dihasilkan lebih banyak bunga jantan dibanding bunga betina. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Cahyono (2003) yang mengatakan bahwa intensitas cahaya
matahari yang tinggi pada tanaman mentimun lebih dominan pembentukan bunga
jantan. Berat buah tanaman mentimun sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan hara tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rismunandar (1981) mengatakan bahwa tanaman akan tumbuh baik dan menghasilkan
produksi tinggi apabila tersedia cukup makanan. Pemupukan merupakan salah satu
cara untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pemupukan dengan NPK mempengaruhi
produksi tanaman terutana karena keberadaan unsur fosfat karena dapat
merangsang pembungaan dan menghasilkan buah yang berkualitas dan berukuran
maksimal. Menurut Lingga (2007) menyatakan bahwa unsur fosfor bagi tanaman
berguna untuk merangsang pembentukan bunga dan buah yang baik.
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil praktikum di atas menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sangat penting dalam budidaya
mentimun karena dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah, aerase tanah,
serta dapat meng-aktifkan mikroorganisme tanah.
Penggunaan mulsa sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman mentimun. Dimana penggunaan mulsa berfungsi
sebagai pencegaahan intensitas cahaya matahari yang tinggi
pada tanaman mentimun yang dapat mengakibatkan lebih dominan pembentukan bunga
jantan.
Faktor lain yang tidak kalah penting
dalam budidaya mentimun adalah pemeliharaan seperti penyiraman, penyiangan,
pemangkasan cabang-cabang yang kurang produktif serta pengendalian hama dan
penyakit secara terpadu. Keseimbangan penggunaan pupuk juga sangat mempengaruhi
proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman mentimun.
B. Saran
Adapun
saran saya pada praktikum ini adalah