Selasa, 30 Desember 2014

laporan lengkap praktikum TIMUN



I.        PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral. Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah buahnya. Biasanya buah mentimun dimakan mentah sebagai lalap dalam hidangan makanan dan juga di sajikan dalam bentuk buah segar.
Mentimun merupakan tumbuhan yang biasa dimakan oleh masyarakat secara mentah (lalap).Mentimun alias timun dapat pula dimakan sebagai teman nasi. Buah mentimun ternyata banyak kandungan gizi yang mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C.
Tanaman mentimun dapat diusahakan di dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun di Indonesia kebanyakan di tanam di dataran rendah. Berbagai jenis lahan sawah, tegalan, dan lahan gambut dapat ditanami tanaman ini. Selain itu, mentimun juga dapat ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman palawija atau  sayuran lainnya. Jenis sayuran ini juga dapat ditanam dengan pola tumpang sari ataupun tumpang gilir. Pada dasarnya tanaman mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis tanah. Tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah yang bertekstur berat dan juga pada tanah organik seperti gambut dapat diusahakan sebagai tempat budidaya mentimun. Pengembangan budidaya mentimun mempunyi penting dan sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan taraf hidup petani, penyediaan bahan pangan bergizi, serta perluasan kesempatan kerja dapat diandalkan sebagai satu komoditas ekspor non migas dari sector pertanian.
Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8 ton/ha, padahal produksi mentimun hibrida bisa mencapai 20 ton/ha. Budidaya tanaman mentimun dalam skala produksi yang tinggi dan intensif belum banyak dilakukan, pada umumnya tanaman mentimun ditanam sebagai tanaman selingan (Warintek, 2006).

B.       Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh mulsa alang-alang pada lahan budidaya terhadap peningkatan produksi tanaman mentimun ?

C.      Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh mulsa alang-alang pada peningkatan  produksi tanaman mentimun.

D.      Kegunaan Praktikum
Dapat mengetahui pengaruh penggunaan mulsa alang-alang dalam meningkatkan produksi tanaman mentimun.



II.         TINJAUAN PUSTAKA
A.                Botani Tanaman Mentimun
Mentimun dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub division    : Angiospermae
Class                : Dicotyledonae
Ordo                : Cucurbitales
Family             : Cucurbitaceae
Genus              : Cucumis (Sharma, 2002)
            Tanaman mentimun berakar tunggang, akar tunggangnya akan tumbbuh lurus kedalam tanah sampai kedalaman 20 cm. Perakaran tanaman mentimun dapat tumbuh dan berkembang pada tanah yang berstruktur remah (Cahyono, 2003).
            Mentimun merupakan tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin spiral. Batangnya basah serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50-250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh pada sisi tangkai daun (Rukmana, 1994).
            Daun tanaman mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda dan bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan bercabnng-cabang, kedudukan daun tegap. Mentimun berdaun tunggal, bentuk, ukuran dan kedalaman lekuk daun mentimun sangat bervariasi (Cahyono, 2003).
            Bunga mentimun merupakan bunga sempurna, berbentuk terompet dan berukuran 2-3 cm, terdiri dari tangkai bunga dan benangsari. Kelopak bunga berjumlah 5 buah, berwarna hijau dan berbentuk ramping terletak dibagian bawah tangkai bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5-6 buah, berwarna kuning terang dan berbentuk bulat (Cahyono, 2003).
            Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, dan hijau keputihan sampai putih tergantung kultivar, sementara buah mentimun tua berwarna coklat, coklat tua bersisik, kuning tua. Diameter buah mentimun antara 12-25 cm (Sumpena 2001).
            Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan dan pembiakan (Cahyono, 2003).

B.     Syarat Tumbuh
1.      Iklim
            Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap lingkungan tumbuhnya. Di Indonesia mentimun dapat di tanam di dataran rendah dan dataran tinggi yaitu sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut (Sumpena 2001).
            Tanaman mentimun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara berkisar antara 20-320 C, dengan suhu optimal 270 C. Di daerah tropik seperti di Indinesia keadaan suhu udara ditentukan oleh ketinggian suatu tempat dari permukaan laut. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman mentimun, karena penyerapan uunsur hara akan berlangsung optimal jika pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari (Cahyono, 2003).
            Kelembaban relatif udara (rh) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun untuk pertumbuhannya antara 50-85%, sedangkan curah hujan optimal yang diinginkan 200-400 mm/bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun, terlebih pada saat mulai berbunga karena curah hujan yang tinggi akan banyak menggugurkan bunga (Sumpena 2001).

2.      Tanah
            Pada umumnya hamper semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok untuk ditanami mentimun. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas yang baik, tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur dan gembur, kaya akan bahan organik, tidak tegenang, pH-nya 5-6. Namun masih toleran terhadap pH 5,5 batasan minimal dan pH 7,5 batasan maksimal. Pada pH tanah kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan penyerapan hara oleh akar tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu basa tanaman akan terserang penyakit klorosis (Rukmana, 1994).

C.    Mulsa
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik (Anonium, 2014).
Mulsa adalah suatu bahan penutup tanah yang digunakan pada budidaya suatu tanaman. Jenis mulsa yang sering digunakan oleh petani, yaitu jerami, serasah tumbuhan, dan mulsa plastik perak hitam (MPPH). Penggunaan mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah; mempertahankan struktur, suhu, dan kelembapan tanah; menghemat tenaga kerja penyiangan; merangsang pertumbuhan akar; dan mengurangi kerusakan akar akibat penyiangan dengan alat kored. Selain itu, penggunaan mulsa, terutama mulsa perak hitam, dapat menekan insiden virus trip maupun hama lainnya karena plastik perak dapat memantulkan cahaya.

D.    Pupuk Organik
            Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan pembenah tanah yang paling baik dibandingkan pembenah tanah yang lainnya. Kandungan unsur hara yang dikandung pupuk kandang umumya rendah dan sangat bervariasi, misalnya unsure N, P dan K tetapi juga mengandung unsure esensial lainnya (Sutanto, 2002).
            Pupuk organik merupakan hasil penguraian bahan organik oleh jasad renik atau mikroorganisme yang berupa zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik seperti namanya pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau alami. Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik antara lain adalah pupuk kandang, kompos, kascing, gambut, rumput laut dan guano. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Beberapa orang juga mengkelompokkan pupuk-pupuk yang ditambang seperti dolomit, fosfat alam, kiserit, dan juga abu (yang kaya K) ke dalam golongan pupuk organik. Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik misalnya adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair antara lain adalah compost tea, ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain.
            Pemberian pupuk kandang sapi memberikan rata-rata kadar C-organik tanah yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis pupuk organik yang lainnya. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang sapi merupakan pupuk dingin yang artinya perombakan oleh mikroorganisme tanah terjadi secara perlahan-lahan, kurang terbentuk  panas sehingga hara yang terlepaskan secara berangsur-angsur. Selain itu, pupuk kandang sapi kadar C-organik awalnya lebih tinggi dari yang lain, banyak mengandungair, lendir dan bila kena udara menjadi padat/kerak sehingga udara dan air selanjutnyasukar masuk ke dalamnya, sehingga dengan demikian karena sulit termineralisasimenyebabkan kadar C-organik tanah lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis pupuk organik yang lainnya.Kadar N-total tanah setelah panen terendah terlihat pada perlakuan tanpa pupuk organic yaitu 0,21 %, dan tertinggi pada perlakuan yaitu 0,41 %, berbeda nyata bila dibandingkan dengan jenis pupuk organik yang lain Sedangkan pada perlakuandosis urea kadar N-total tanah terrendah terlihat pada perlakuan tanpa pupuk urea (n0)yaitu 0,24 %, dan tertinggi terlihat pada perlakuan n3 yaitu 0,40 %, berbeda nyata bila dibandingkan dengan dosis pupuk urea lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat meningkatkan kadar N-total di dalam tanah. 
E.     Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika, kimia, atau biologis. pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik. Bahan bahan dalam pembuatan pupuk anorgank berbeda beda, tergantung kandungan yang diinginkan. Misalnya unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsure hara nitrogen terbuat dari urea. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat hidroskopis. Hidroskopis adalah kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi higroskopis semakin cepat  pupuk mencair.
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik.  Pupuk anorganik mempunyai  kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung  unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).


III.             KERANGKA PIKIR
Tanaman Mentimun
Pupuk Organik (kandang)
Kendala Budidaya Mentimun
Budidaya Mentimun
Mulsa Alang-Alang
Pupuk Anorganik (N, P  dan K)
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Baik
 
























IV.             METODE PRAKTIKUM
A.      Tempat dan Waktu
Praktikum ini di laksanakan di Kebun Percobaan Lahan Kering Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo pada bulan Oktober-Desember 2014.
B.       Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah traktor, cangkul, pacul parang, alat tulis menulis, kamera, sabit, kayu lanjaran, gembor, patok dan tugal.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih mentimun,pupuk kandang,mulsa, air dan tali rafia.
C.      Prosedur Kerja
1. Penyiapan Lahan dan Pengolahan Tanah
Lahan tempat praktikum terlebih dahulu dibarsihkan dari tumbuhan penggangu (gulma) dan sisa-sisa tanaman. Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan membalikkan top soil tanah sedalam 25 cm untuk mendapatkan tanah yang gembur. Selanjutnya dilakukan pemberian pupuk kandang untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta mengaktifkan mikroorganisme tanah.
            Tanah diolah dengan dibajak atau dicangkul untuk membuat guludan dengan tinggi antara 40-50 cm, lebar 60 cm, jarak antar guludan 40 cm. Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu. Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan.
2. Penanaman
Proses penanaman tidak  dilakukan dengan persemaian akan tetapi bibit ditanam langsung atau tabela pada lubang tanam yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm.
3.    Pemeliharaan
a.       Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan setiap hari disesuaikan dengan kondisi di lahan.
b.      Penyulaman
Selama 2 (dua) minggu setelah ditanam, mentimun harus  diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal.Bibit yang mati harus segera disulam.Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru.Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.Biji mentimun untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.


c.       Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi agar gulma yang tumbuh tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang berada disekitar areal pertanaman dan disesuaikan dengan kondisi lahan .
d.      Penjarangan
Proses  pencabutan tanaman yang populasinya terlalu banyak dalam satu lubang
e.       Pengendalian Hama dan Penyakit           
Beberapa penyakit dan hama yang menyerang mentimu diantaranya dikenal dengan istilah cacantal atau oteng-oteng. Hama ini menyerang daun dan bisa menyebabkan kematian pada tanaman. Selain itu, hama yang kerap menyerang mentimun adalah ulat tanah. Hama ini biasanya menyerang batang yang menjadi pangkal keluarnya daun atau buah. Kedua hama ini bisa dikendalikan dengan menggunakan biopestisida yang terbuat dari ekstrak kipait dan gadung yang dicampur dengan air kencing kelinci.
Penyakit yang menyerang budidaya mentimun adalah busuk daun, tepung putih, antraknosa, bercak daun dan busuk buah. Penyakit ini bisa dikendalikan secara kultur teknis berupa rotasi tanaman dan pembuangan bagian tanaman yang terkena penyakit.
D.      Variable Pengamatan
Pada setiap unit penelitian dilakukan pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi, setiap unit penelitian diamati 4 pohon,  sebagai sampel pertumbuhan dan produksi yang diamati dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.         Tinggi tanaman diukur pada umur 14, 21 dan 28 hari setelah tanam. Diukur mulai dari pangkal batang hingga pucuk tanaman tertinggi
2.         Jumlah daun diukur pada umur 7, 14, dan 21 hari setelah tanam.
3.         Luas daun pada umur 7, 14, dan 21 hari setelah tanam, dengan menggunakan rumus Panjang daun x Lebar daun x Konstanta mentimun.
4.         Jumlah produksi  petak-1








V.                HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil
Table 1. Varieabel Pertumbuhan Tanaman Mentimun Umur 14 Hari
Perlakuan
Tinggi Tanaman
E
Jumlah Daun
Luas Daun
Mo
6 cm
1
8.5 cm
M1
6.33 cm
1.33
9.66 cm
M2
9.66 cm
2
13.53 cm

Tabel 2. Varaiabel Pertumbuhan Tanaman Mentimun Umur 21 Hari
Perlakuan
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Luas Daun
M0
14 cm
3
61.78 cm
M1
19 cm
4.33
40.48 cm
M2
26 cm
5.66
61.78 cm

Tabel 3. Variabel Pertumbuhan Tanaman Mentimun Umur 28 Hari
Perlakuan
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Luas Daun
M0
53.66 cm
9.33
67.38 cm
M1
65.66 cm
10.33
82.4 cm
M2
85 cm
13
147.6 cm



Tabel 4. Variable Produksi Tanaman Mentimun Umur
Perlakuan
Tanaman
1
2
3
M0
3
3
2
M1
3
3
3
M2
3
4
4

B.     Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dimana pengamatan dilakukan dengen memberikan beberapa perlakukan tiap bedengan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman mentimun antara lain kekeringan yang tinggi, pertumbuhan vegetatif yang lebih dominan , kurangnya pemeliharaan, pengaruh pemupukan, penggunaan mulsa, cuaca dan iklim, hama, gulma dan penyakit pada tanaman sehingga bias menjadikan tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah.
Pada percobaan diatas dilakukan dengan cara memberikan perlakuan yang berbeda-beda. Perlakuan pertama yaitu tidak menggunakan mulsa dan menggunakan pupuk kandang dengan bibit unggul yang sama. Perlakuan kedua menggunakan mulsa alang-alang dengan perlakuan satu lapis mulsa. Dan perlakuan ketiga menggunakan mulsa dengan perlakuan 2 lapis mulsa dan juga menggunakan pupuk kandang yang sama. Pengukuran dilakukan setelah bibit yang ditanam sudah memunculkan daun dan umur 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Pada saat pegukuran terjadi perpebedaan-perbedaan pertumban karena perlakukan yang berbeda pula.
Pengukuran pertama yang dilakukan pada hari ke 14 menunjukkan hasil bahwa perkembangan tinggi tanaman, jumlah daun, dan laus daun tanaman yang berbeda-beda dimana tanaman yang diberi perlakuan dengan menggunakan mulsa 2 lapis labih cepat pertumbuhannya ketimbang dengan yang tidak menggunkan mulsa dan menggunakan mulsa 1 lapis. Ini dipengaruhi oleh tingkat intensitas matahari yang tinggi menyebabkan tanaman sulit untuk mendpatkan air dan menyebabkan tanah cepat kering. Pada tanaman mentimun yang kami beri perkuan yang berbeda-beda dilakukan penyiraman secara teratur. Sedangkan pda perlakuan menggunakan satu lapis mulsa lebih besar dari pada tanaman yang tidak diberikan perlakuan.  Dan kondisi tanah yang tidak diberi perlakua jauh lebih buruk ketimbang yang diberi perlakuan mengunakan mulsa. Selain dari pada penyinaran matahari yang intensif ada beberapa hal yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu penyiraman. Penyiraman yang intensif dilakukan pagi sore secara teratur pada musim kemarau atau tidak ada hujan. Akan tetapi pada saat turun hujan penyiraman dihentikan karena tanaman sudah bias tercukupi pegairannya
Pada pegukuran ke 2 minggu ketiga atau hari ke 21 menunjukkan hasil yang sama dimana tanaman yang memiliki pertumbuhan yang cukup bagus yaitu tanaman yang menggunakan 1 mulsa denga rata-rata tinggi pertumbuhan yaitu 26 cm dan jumlah daun rata-rata 5.66dengan  luas daun 61.78 cm , ini menunjukkan bahwa penggunaan mulsa sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Pada usia 21 setelah sudah bisa dilakukan pemupukan kedua yaitu biasanya menggunakan pupuk urea, NPK dan SP 36 yang sesuia kataran dan kebutuhan tiap tanaman.
Pengggunaan mulsa sangat berpengaruh untuk pertumbuhan tanaman. Pada pengukuran terakhir dimana dilakukan minggu ke 4. Tanaman mentimun mulai menunjukkan adanya perkembangan yang cukup baik. Karena pertumbuhan tanaman yang subur ditunjukkan dengan daun yang lebat. Dan belum menunjukkan cirri-ciri pembuahan ini dikarenakan tidak lakukan pemangkasan daun. Pemangkasan dilakukan agar air atau unsure hara yang manjadi kebutuhan buah akan tetapi diambil oleh daun. Pada pengukuran minggu terakhir menunjukkan hasil pengukuran yang sama yang mana tanaman dengan menggunakan dua mulsa yang lebih tinggi.
Rendahnya produksi dari tanaman mentimun dikarenakan cahaya matahari yang tinggi sehingga bunga yang dihasilkan lebih banyak bunga jantan dibanding bunga betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cahyono (2003) yang mengatakan bahwa intensitas cahaya matahari yang tinggi pada tanaman mentimun lebih dominan pembentukan bunga jantan. Berat buah tanaman mentimun sangat dipengaruhi oleh ketersediaan hara tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rismunandar (1981) mengatakan bahwa tanaman akan tumbuh baik dan menghasilkan produksi tinggi apabila tersedia cukup makanan. Pemupukan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pemupukan dengan NPK mempengaruhi produksi tanaman terutana karena keberadaan unsur fosfat karena dapat merangsang pembungaan dan menghasilkan buah yang berkualitas dan berukuran maksimal. Menurut Lingga (2007) menyatakan bahwa unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pembentukan bunga dan buah yang baik.














V. PENUTUP
A.      Kesimpulan
       Dari hasil praktikum di atas menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sangat penting dalam budidaya mentimun karena dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah, aerase tanah, serta dapat meng-aktifkan mikroorganisme tanah.
       Penggunaan mulsa sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman mentimun. Dimana penggunaan mulsa berfungsi sebagai pencegaahan intensitas cahaya matahari yang tinggi pada tanaman mentimun yang dapat mengakibatkan lebih dominan pembentukan bunga jantan.
       Faktor lain yang tidak kalah penting dalam budidaya mentimun adalah pemeliharaan seperti penyiraman, penyiangan, pemangkasan cabang-cabang yang kurang produktif serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Keseimbangan penggunaan pupuk juga sangat mempengaruhi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman mentimun.

B.     Saran
Adapun saran saya pada praktikum ini adalah

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda